Jumat, 28 November 2014

KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN



PENDAHULUAN

Berdasarkan definisi tahun 1994, teknologi pembelajaran dirumuskan dengan berlandaskan 5 (lima) bidang garapan atau disebut dengan kawasan, yaitu : Kawasan Desain, Kawasan Pengembangan, Kawasan Pemanfaatan, Kawasan Pengelolaan, dan Kawasan Penilaian. Kelima kawasan tersebut di atas saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Hubungan antar kawasan bersifat sinergistik, contohnya : seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dari kawasan desain. Seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan desain menggunakan teori mengenai karakteristik media dari kawasan pengembangan dan kawasan pemanfaatan dan teori mengenai analisis masalah dan pengukuran dari kawasan penilaian.
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap kawasan memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang digunakan bersama oleh semua kawasan. Dan dalam makalah ini akan dibahas mengenai Kawasan Pengembangan beserta macamnya.




PEMBAHASAN

Kawasan Pengembangan berorientasi pada produksi media pembelajaran yang kisi-kisi modelnya dihasilkan dari kawasan desain. Arti pengembangan, yaitu proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan mencakup pengembangan teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, dan multimedia. Pengembangan bersifat progresif, karena pengaruh kemajuan teknologi perangkat keras yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu pembelajaran lain (teknologi cetak) mendahului film, namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-visual ke era Teknologi Pembelajaran sekarang ini.
Pada 1930-an film mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Film di masa PD II menjadi cikal bakal adanya kawasan pengembangan, pada saat itu banyak jenis bahan yang diproduksi terutama film untuk pelatihan militer. Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual). Selama akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an bahan pembelajaran berprograma mulai digunakan untuk pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an kompiter mulai digunakan untuk pembelajaran dan utnuk permainan simulasi menjaadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori dan praktek di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang seperti jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan dari kawasan ini. Kawasan pengembangan menjadi tumpuan pengolahan pesan agar dapat menghasilkan sumber belajar by design. Kawasan pengembngan meliputi :

1.      Teknologi Cetak.
Bahan Ajar muncul seiring dengan kemunculan pembelajaran terprogram. Teknologi cetak menjadi awal dari kemunculan teknologi lain (AV, berbasis komputer atau terpadu). Pengertian umum teknologi cetak ini adalah, “cara untuk memproduksi atau menyampikan bahan seperti buku-buku dan bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografi”. Dua komponen utama teknologi cetak adalah teks (verbal) dan bahasa visual. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Secara khusus, teknologi cetak/visual mempuanyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
b.      Keduanya biasanya memberikan komunikasi satuarah yang pasif
c.       Keduanya berbentul visual yang statis
d.      Perkembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual
e.       Keduanya berpusat pada pembelajaran
f.       Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

2.      Teknologi Audio-Visual.
Menurut batasannya, “teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan audio dan visual”. Teknologi audio-visual dinilai lebih aktif karena sifatnya memerlukan indra pendengaran dan penglihatan peserta didik. Kedua indra ini diasumsikan dapat membuka kesempatan bagi peserta didik untuk menyerap pesan lebih banyak dibandingkan dengan teknologi cetak.
Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran secara eksklusif tidak selalu harus bergantung pada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis. Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Bersifat linier
b.      Menampilkan visual yang dinamis
c.       Dapat mewakili pesan abstrak dalam bentuk fisik (terbatas)
d.      Dikembangkan berdasarkan ilmu perilaku
Keistimewaan TV dibandingkan teknologi AV lainnya (slides atau filmstrip), TV merupakan saluran yang menyajikan program video. Mencakup tidak hanya visual, namun juga gerak atau mampu menyajikan proses melalui potensi time lapse.
Selain itu media video pembelajaran mempunyai potensi untuk (a) memperbesar objek yang sangat kecil dan bahkan yang tidak tampak kasat mata (misalnya perkembangan sel atau virus penyakit); (b) menyajikan objek yang terletak jauh sekali (misalnya kawah dibulan, hujan salju didaerah kutub); dan (c) menyajikan peristiwa yang rumit berlangsung sangat cepat, dan berbahaya (misalnya operasi jantung)
Adapun pengembangan media video pembelajaran ini dapat mengunakan prinsip-prinsip pengembangan desain instruksional. Pengembangan media video pembelajaran berdasarkan konsep teknologi pembelajaran dapat menggunakan desain instruksional, yaitu melalui tahap perencanaan (analisis kebutuhan), tahap produksi (persiapan, pelaksanaan, dan penyeleseian atau pasca produksi), dan evaluasi ( evaluasi pramaster yang meliputi evaluasi ahli, evaluasi orang perorang dan evaluasi kelompok kecil dan serta uji lapangan) sehingga dapat menghasilkan media video pembelajaran yang berkualitas.
Media video sesuai dengan fungsinya sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran karena dalam berbagai hal video dapat memberikan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, mempengaruhi peserta didik untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna, membelajarkan, menghibur, memperkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu, memberikan contoh, proses internalisai tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta penyesuaian diri dan lain-lain.
Penggunaan media video dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menjembatani keterbatasan pengalaman peserta didik terhadap objek yang langkahnya terlalu cepat  atau lambat, memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik, memicu  keterlibatan peserta didik secara aktif  dalam pembelajaran  (melalui diskusi) mendorong munculnya pola pembelajaran yang bervariasi (seperti diskusi, melakukan kajian pustaka, melakukan penelitian lapangan, dan sebagainya) dan sekaligus membua pesan yang disampaikan sulit dilupakan peserta didik.
Media video memiliki potensi yang cukup besar jika dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik  akan dapat mengamati secara langsung tentang wujud benda yang sesungguhnya (aslinya), mengamati proses dari suatu kejadian atau suatu perubahan, mengamati perbedaan warna, dan mengamati suatu gerakan dan lain-lain yang diiringi dengan suara.
Berdasarkan berbagai studi yang dilaksanakan diberbagai negara, dampak/pengaruh positif media video yang signifikasi dikalangan peserta didik adalah program audiovisual dapat :
a.       Meningkatkan pengetahuan
b.      Menumbuhkan keinginan atau motivasi untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lebih lanjut.
c.       Meningkatkan pembedaharaan kata/ jargon dan kemampuan berbahasa secara verbal nonverbal.
d.      Meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas peserta didik.
e.       Meningkatkan kekritisan daya pikir peserta didik karena dihadapkan pada dua realitas gambar dunia.
f.       Memicu minat baca dan motivasi belajar peserta didik.

3.      Teknologi berbasis Komputer.
Berdasarkan definisinya, ”Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber mikroprosesor”. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor. Teknologi ini merupakan teknologi digital, dengan monitor sebagai tumpuan penyajian pesan kepada peserta didik. Pada masanya, kebaradaan computer-based instruction (CBI) serta computer-manageed instruction (CMI) menjadi salah satu teknologi yang paling diandalkan dalam dunia pendidikan Amerika Serikat.
Pada masa kini, teknologi digital yang diterapkan banyak mengadopsi teori belajar kognitif.  Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : (1) tutorial, pembelajaran di utamakan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru (4) sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengaksesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Dapat digunakan secara acak, disamping secara linier.
b.      Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pembelajar, disamping menurut cara seperti yang di rancang oleh pengembangnya.
c.       Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol maupun grafis.
d.      Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
e.       Belajar dapat berpusat pada pembelajar dengan tingkat interaktivitas tinggi.
Kekhususan teknologi ini diantaranya adalah penyajian materi yang linier, dapat menyajikan pesan abstrak menjadi sesuatu yang terlihat/fisik, menerapkan teori belajar kognitif serta menimbulkan inter aktivitas tinggi bagi peserta didik.

4.      Teknologi Terpadu.
Definisi teknologi terpadu adalah “ … merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan oleh komputer”. Komputer dengan memori besar, menyediakan pemutar video, monitor dengan resolusi tinggi, jaringan yang lancar, sangat membantu terlaksananya pelaksanaan teknologi terpadu ini. Teknologi komputer sudah seperti authoring language, dapat dimanfaatkan secara acak. Hypermedia,  adalah istilah yang dimunculkan dalam teknologi terpadu ini. Kekhususan teknologi terpadu diantaranya terkait dengan penyajian secara acak, digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, adanya adopsi teori kognitivistik dan konstruktivistik serta tuntutan interaktivitas yang tinggi dari peserta didik.
Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini, mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Dapat digunakan secara acak, disamping secara linier
b.      Dapat digunkan sesuai dengan keinginan pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
c.       Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan dibawah kendali pembelajar.
d.      Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan kontruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran
e.       Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan
f.       Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pembelajar yang tinggi
g.      Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media