Minggu, 07 Agustus 2016

Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa yang Berasal Dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Negeri Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016

A.    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Penelitian yang mengambil judul “Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa yang Berasal Dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Di MTs Negeri Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016” sudah memasuki tahap pnelitian terhadap responden yaitu siswa kelas VII di MTs Negeri Teras Boyolali yang terdiri dari siswa yang berlatar belakang sekolah dari MI dan SD. Dari hasil penelitian tersebut maka diperoleh data motivasi belajar siswa melalui angket yang menghasilkan data dari pengumpulan data, terdiri dari 34 item pernyataan dengan 5 alternatif jawaban dengan skor 1,2,3,4, dan 5.
Dalam penelitian pertama dilakukan pengambilan dua kelompok sampel siswa yang berasal dari SD dan siswa yang berasal dari MI, baru kemudian dilakukan pemberian angket motivasi belajar pada mata pelajaran fiqih. Sampel terdiri dari siswa yang berasal dari SD sebanyak 76 siswa dan siswa yang berasal dari MI sebanyak 48 siswa. Dari hasil pengambilan data menggunakan angket ternyata tidak terdapat perbedaan motivasi belajar pada mata pelajaran fiqih antara siswa yang berasal dari SD dan siswa yang berasal dari MI.
Angket diberikan bersama-sama baik pada siswa yang berasal dari SD dan siswa yang berasal dari MI. Pada siswa yang berasal dari SD diperoleh nilai tertinggi 153 dan nilai terendah 94, dengan nilai terbanyak pada kategori sedang (55,56%). Sedangkan siswa yang berasal dari MI. Diperoleh nilai tertinggi adalah 158 dan nilai terendah 91 dengan nilai terbanyak pada kategori sedang (51,11%).
Di dalam penelitian ini digunakan teknik statistik nonparametrik dikarenakan salah satu data telah dinyatakan tidak normal dalam pengujian normalitas data. Test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval adalah Test Kolmogorov-Sminorv Dua Sampel (Sugiyono, 2010: 156).
Hasil analisis yang menggunakan rumus Test Kolmogorov-Sminorv, diperoleh KD hitung = 0,175  dan KD tabel = 0,817 maka berdasarkan kriteria jika KD hitung ≤ KD tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga pada penelitian ini 0,175 ≤ 0,817 yang berarti KD hitung ≤ KD tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa yang berasal dari sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) pada mata pelajaran fiqih kelas VII di MTs Negeri Teras Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.
Melihat dari penelitian tersebut yang menyatakan bahwa.... 



Mohon maaf daftar pustaka tidak saya cantumkan,
jika menghendaki full version silakan kirim email ke qoyyumuslima@gmail.com
atau bisa juga cek Jurnal At-Tarbawi Vol.14 No.2 November 2015 terbitan IAIN Surakarta
atau silahkan ke link perpustakaan digital IAIN Surakarta.

MOTIVASI BELAJAR



1.      Motivasi Belajar
a.       Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak/berbuat. Motif bukanlah sesuatu yang dapat dilihat secara langsung, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut; kekuatan inilah yang disebut dengan motif (Sumadi Suryabrata, 1998: 70). Sehingga, motif disini berperan sebagai kekuatan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sependapat dengan pernyataan Sumadi Suryabrata di atas, Hamzah B. Uno (2008: 3) selanjutnya menambahkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Begitu pula dengan Muhibin Syah (2006: 136) yang menyatakan bahwa motivasi ialah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
Dari ketiga teori mengenai motivasi di atas, menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan, setiap orang yang mempunyai motivasi akan selalu mempunyai dorongan untuk bisa merubah setiap langkah yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan yang dia perlukan. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.
Gleitman dan Reber dalam Muhibbin Syah (2006:136) menyatakan motivasi sebagai pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Menurut Stephen P Robbins dan Timothy A. Judge dalam Jeanne (2008:58) mengemukakan “motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya”. Kedua pendapat ini juga menegaskan bahwa motivasi selain memberikan dorongan juga mengarahkan setiap perilaku seseorang. Motivasi merupakan proses psikologis, sehingga dengan adanya motivasi sebagai proses psikologi akan bisa menyebabkan timbulnya kegiatan yang terarah untuk tuujuan-tujuan tertentu yang bisa dilakukan seseorang tanpa paksaan.
Dari beberapa uraian motivasi yang telah dijelaskan di atas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk mengarahkan dan mempertahankan perilaku untuk mencapai satu tujuan tertentu. Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun tidak mengandung risiko, selalu ada motivasinya.
Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:17) diartikan sebagai perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut W.S Winkel (2004:59) bahwa belajar bisa dirumuskan sebagai “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, kesemuanya mengarah kepada suatu bentuk atau proses untuk perubahan perilaku. Jadi, peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar selalu berkenaan dengan  perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Jika belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman, motivasi sebagai penumbuh, pendorong, agar  merasa senang dan semangat dalam belajar. Motivasi belajar menurut Winkel (1982) dalam Rahman Abror (1993: 115) dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi belajar adalah dorongan (baik internal maupun eksternal) yang dimiliki seseorang untuk mengarahkan dan mempertahankan perilaku untuk mencapai satu tujuan tertentu seperti memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat memicu terjadinya perubahan perilaku. Motivasi belajar sebagai suatu koordinasi yang ada pada diri seseorang yang merupakan daya penggerak pada diri seseorang untuk belajar (baik itu memberi kelangsungan atau memberi arah supaya tujuan yang diinginkan tercapai).
 Dalam motivasi belajar, individu yang mempunyai harapan pasti akan melakukan sesuatu untuk mencapai hal yang diinginkan. Sesuai dengan konteks motivasi dalam belajar, dicontohkan seorang siswa yang ingin mendapatkan nilai bagus agar mendapat pujian dari orangtua pasti akan berusaha mendapat nilai bagus dan bertindak suatu hal yang akan mendapatkan pujian dari orangtuanya. Keinginan mendapat pujian dari orangtua itulah yang mendorong siswa memperoleh nilai baik.
b.      Macam-macam Motivasi Belajar
Dalam Muhibin Syah (2006: 136-137) menjelaskan motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1)      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
2)      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi belajar memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai (Oemar Hamalik, 2002: 174).
Dari penjelasan para ahli di atas, maka motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajar intrinsik merupakan dorongan dari dalam diri sendiri berupa keingintahuan akan suatu hal atau keinginan mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik merupakan dorongan dari luar individu yang dapat berupa imbalan ataupun hukuman. Apapun jenisnya, entah motivasi intrinsik ataupun ekstrinsik, keduanya tetap dibutuhkan dalam belajar karena ada kalanya motivasi belajar seseorang naik turun, jadi kedua motivasi tersebut saling melengkapi dan tergantung bagaimana lingkungan memberikan motivasi yang tepat kepada seorang siswa.
c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Gottried dalam Nana Sudjana (2006: 60), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi tiga pokok pikiran. Pikiran-pikiran itu adalah kesenangan kenikmatan untuk belajar, orientasi terhadap penguasaan materi, hasrat ingin tahu. Oemar Hamalik (2002: 179) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fisik, dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Menurut Hamzah B. Uno (2002: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Motivasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan kondisi kemampuan siswa, artinya pada umumnya jika seorang siswa memiliki kemampuan lebih dalam suatu bidang ilmu, tentu ia akan lebih termotivasi terhadap bidang ilmu tersebut. Sedang faktor eksternal adalah arat kaitannya dengan kondisi lingkungan belajar siswa (Taufik Hidayat, 2008:11).
Kurangnya motivasi belajar yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka tampak malas-malasan. Dan ini termasuk ke dalam indikator kesulitan belajar anak ( Sri Indriawati, 2004:2). Syaiful Bahri Djamarah (2002:203) memperinci faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar, salah satunya adalah latar belakang pendidikan yang dimasuki tidak sesuai dengan harapannya. Misalnya anak didik yang fanatik beragama tertentu, karena suatu keadaan mendapat sekolah yang mengajarkan agama yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Atau sama juga seperti siswa yang sebelumnya berasal dari sekolah umum kemudian masuk ke pondok pesantren atau asrama yang kemudian membuat siswa tidak nyaman dan tidak termotivasi dalam belajar.
Siwa yang berasal dari sekolah umum kemudian masuk ke madrasah dengan konten pelajaran agama yang lebih banyak tentu juga akan memperngaruhi kondisi siswa. Siswa yang berasal dari MI akan percaya diri dalam setiap pembelajaran mata pelajaran agama karena merasa mudah dan akan semakin termotivasi. Siswa yang berasal dari SD pun begitu karena tidak mau kalah dengan siswa yang berasal dari MI mereka akan berusaha meningkatkan motivasi belajarnya sehingga prestasi yang didapat tidak akan berbeda dengan siswa yang berasal dari MI, idealnya seperti ini. Akan tetapi tidak sedikit juga yang terjadi justru sebaliknya, siswa yag berasal dari MI terlalu menganggap enteng pelajaran fiqih sehingga motivasi mereka untuk belajar tidak terlalu tinggi dan menyebabkan prestasi belajar nya lebih rendah dibandingkan yang lain.
Tamatan MI juga diperkirakan akan mudah mengikuti pembelajaran Fiqih karena sudah punya dasar pengetahuan agama yang diperolehnya, Fiqih bukan hal yang asing lagi, dan rata-rata sudah bisa baca tulis Al-Qur’an dan ibadah sehari-hari. Berbeda dengan tamatan SD yang terkadang ditemui siswa yang agak lambat dan mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran Fiqih karena pengetahuan agamanya kurang, khususnya yang sama sekali belum bisa baca tulis Al-Qur’an bahkan ada yang belum bisa shalat, sehingga kaget dengan materi agama di MTs.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan melakukan kegitaan belajar.
d.      Ciri-ciri Motivasi Belajar
Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman (2012: 83) adalah tekun mengahadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), menunjukkan minat terhadap macam-macam, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
e.       Upaya untuk Meningkatkan Motivasi Belajar 
Berikut ini adalah cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik menurut De Decce dan Grawford (1974) dalam Syaiful Bahri (2008: 169) yaitu guru harus menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Thahroni Taher (2013:66), selain cara-cara di atas, dalam surat Al Baqarah ayat 81 dan 82 juga tersirat bahwa imbalan dan hukuman digunakan untuk memotivasi manusia dalam mengimani Akidah tauhid. Seperti imbalan pahala yang akan didapatkan oleh orang-orang mukmin di surga, serta mengancam mereka dengan siksaan atau azab yang akan diperoleh orang-orang kafir di neraka. Bunyi ayat tersebut adalah sebai berikut :   
“ (Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al Baqarah : 81-82)
Tujuan adanya imbalan pada motivasi intrinsik adalah untuk mengontrol perilaku anak didik dan mengandung informasi  tentang penguasaan keahlian di mana ketika imbalan yang ditawarkan  itu memberikan informasi tentang penguasaan keahlian atau kemampuan, maka anak didik akan merasa kompeten dan bersemangat dalam belajar. Berdasarkan perspektif behavioral, untuk mengidentifikasi tentang kualitas pekerjaan anak didik dalam proses pembelajaran PAI, bisa dengan imbalan untuk mengidntifikasi kualitas yang baik dan hukuman mengdentifikasikan kualitas yang kurang baik. Misalnya dengan nilai yang baik, pujian, memberi penghargaan, atau pengakuan yang lainnya (Thahroni Taher, 2013: 67).

Mohon maaf daftar pustaka tidak saya cantumkan, jika menghendaki full version silakan kirim email ke qoyyumuslima@gmail.com atau bisa juga cek Jurnal At-Tarbawi Vol.14 No.2 November 2015 terbitan IAIN Surakarta