Minggu, 15 Maret 2015

MATERI KEPERWIRAAN SALAHUDDIN AL AYYUBI



Salah satu babak dalam sejarah perkembangan Islam adalah periode Dinasti Ayyubiyah. Dinasti Ayyubiyah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fathimiyyah di Mesir. Di saat Mesir mengalami krisis di Segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan Perang Salim melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib.
Shalahuddin Al Ayyubi seorang panglima tentera islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahuddin mengadakan serangan ke Mesir unutk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fathimiyyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan tentara Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fathimiyyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada Shalahuddin daripada diperbudak Tentara Salib yang kafir, maka sejak saat itu selesailah kekuasaan Dinasti Fathimiyyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahuddin Al Ayyubi.
Shalahuddin Al Ayyubi panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerussalem pada Perang Slaib itu tak hanya dikenal didunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begiu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Pada akhir 1169 M, Shalahuddin mendirikan sebuah kerajaan Islam yang bernama Ayyubiyah.
A.    Biografi Salahuddin Al Ayyubi
Salahuddin Al Ayyubi lahir pada tahun 532 H/1138 M di Tikrit, Tigris, sebuah kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Adapun nama lengkapnya adalah Abdul Muzaifar Yusuf bin Najmuddi bin Ayyub. Nama pendeknya Salahuddin Al Ayyubi. Ayahnya bernama Najmuddin Ayyub, seorang penguasa Benteng Tikrit yang berasal dari Suku Kurdi Azerbaijan.
Pendidikan Salahuddin Al Ayyubi dimulai dengan mempelajari Al Quran, hadits, fikih, bahasa, nahwu, tarikh, dan adab di Syiria. Dia gemar berolahraga seperti menunggang kuda, dan berburu.
Pada mulanya, Salahuddin kurang begitu dikenal oleh masyarakat, namun ketika Nuruddin Zanki menguasai Damaskus, ayahnya memperkenalkannya kepada Nurudin Zanki. Mulai saat itulah ia muncul di depan publik dan dikenal oleh masyarakat. Terlebih setelah ia terjun kedunia militer. Dia memperoleh pendidikan militer yang amat baik, mengabdi mengiringi pamannya Syirkuh, jenderal utama Nuruddin.
Karier Salahuddin mulai terlihat ketika ia pergi ke Mesir, mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh pada tahun 1164 M. Mereka menyerang Mesir tiga kali pada  tahun 1160-an. Dalam serangan ketiga ke Mesir, Salahuddin membantu pamannya menggulingkan Wazir Fathimiyyah, Shawar, menjadikan Shirkuh wazir dan kemudian menggantikan sang paman saat pamannya meninggal tiga bulan kemudian.
. Sejak itu, timbullah dua keinginan (ambisi) terbesarnya yaitu mengganti paham Syiah di Mesir dengan paham Sunni dan mengusir tentara Salib dari wilayah Islam. Setelah Salahuddin diangkat sebagai Perdana Menteri dengan gelar Al Malik An Nashir, Khalifah Abbassiyah kemudian menyerahkan wilayah Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Syiria, Maroko ke bawah kekuasaan Salahuddin.
Khalifah Abbassiyah juga memberinya gelar Al Mu’izz Li Amiril Mu’minin (penguat  kedudukan Amirul Mu’minin). Hal ini dilakukan setelah Salahuddin menyebut nama Khalifah Abassiyah dalam setiap khotbah jumat disetiap masjid di wilayah Mesir.
Setelah Salahuddin menguasai Mesir uoaya selanjutnya adalah mewujudkan kedaulatannya atas wilayah Syiria, dimana Nurudin Zanki pada tahun 1174 M, Salahuddin memproklamasikan kemerdekaan Mesir. Beberapa pertikaian dan peperangan harus dilaluinya, dan pundaknya adalah pertempuran Qurun Hamah. Pada pertempuran ini Salahuddin berhasil merebur Syiria dari tangan Ismail Al Malik As Salih, anak anak sekaligus pengganti Nuruddin Zanki. Waktu itu Ismail baru berumur tujuh tahun.
Pada bulan Mei 1175 M Slahudin meminta Khalifah Abassiyah untuk melantiknya sebagai Sultan (penguasa) atsa wilayah Mesir, Syiria bagian tengh, Maroko, Nubia, Palestina, Arab Barat. Selanjutnya, Salahuddin memproklamasikan dirinya sebagai Sultan (penguasa) tunggal untuk wilayah tersebut. Usaha perluasan wilayah terus dilakukan. Sepuluh tahun kemudian, Mesopotamia berhasil ditaklukkan sekaligus menjadikan beberapa raja di wilayah tersebut sebagai pengikutnya.
Sejarah kehidupan Salahuddin Al Ayyub penuh dengan perjuangan dan peperangan. Hal itu dilakukannya dalam rangka menunaikan tugas negara untuk memadamkan pemberontakan dan menghadapi tentara Salib yang berusaha menyerang wilayah-wilayah Silam. Semua peperangan yang dialaminya berhasil ia menangkan. Salah satu keistimewaan yang dimiliki Salahuddin Al Ayyubi adalah meskipun ia selalu menang dalam setiap peperangan namun ia bukanlah pemimpin yang tamak., ambisius, haus kekuasaan dan kekayaan. Pereng hanya ia lakukan untuk membela dan mempertahankan agama Allah. Selain itu, Salahuddin Al Ayyubi juga memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain. Sebagi contoh ketika ia menguasai kota Iskandariyah ia selalu mengunjungi orang-orang Kristen dan ketika perdamaian tercapai antara pasukannya dengan tentara Salib, ia mengizinkan orang-orang Kristen utnuk berziarah ke Baitul Maqdis.
B.     Perang Salib
Selain menghadapi pemberontakan dari kalangan sendiri, Salahuddin al Ayyubi juga menghadapi ancaman yang besar dari Tentara Salib. Mereka adalah orang-orang Kristen Franka (nenek moyang bangsa Prancis saat ini). Kekuasaan Salahuddin al Ayyubi yang makin besar dan luas membuat meraka terancam. Kemudian mereka meminta bantuan kepada bangsa Perancis, Jerman, Inggris, Bizantium, dan Paus untuk membantu mereka mengusasai kembali daerah-daerah mereka yang telah dikuasai Salahuddin al Ayyubi, termasuk Baitul Maqdis (Yerussalem).
Perang melawan Tentara Salib terjadi beberapa kali, yaitu :
1.      Perang pertama melawan Amalic I (Raja Yerussalem)
2.      Perang kedua melawan Badwin IV (Putra Amalic I)
3.      Perang ketiga melawan Reginald de Chatilon (Penguasa Benteng Karak di sebelah timur Laut Mati)
4.      Perang keempat melawan Raja Baldwin II
Dalam setiap pertempuran Salahuddin selalu mendapat kemenangan, sehingga ia dapat menguasai kota-kota penting diantaranya Kota Tiberas, Nasirah, Samaria, Sudan, Beirut, Batun, Gaza, Hebron, Baitul Maqdis, Bail al Lahn, dan Gunug Zaitun. Kota-kota tersebut dapat ditaklukkan pada tahun 1187 M dan setelah dikuasai, kemudian Salahuddin al Ayyubi membangun sekolah-sekolah, rumah sakit, serta membangun kembali Masjidil Aqsha dan menurunkan salib yang terpasang di atas kubah batu.
Setelah kota Baitul Maqdis (Yerussalem) dikuasai oleh Salahuddin al Ayyubi pada tanggal 2 Oktober 1187 M maka Paus Gregory mengumandangkan Perang Salib untuk merebut kembali kota-kota yng dikuasai oleh Salahuddin al Ayyubi terutama Kota Baitul Maqdis (Yerussalem). Selanjutnya seruan perang diteruskan oleh Clement II yang menggantikan Paus Gregory. Seruan ini disambut oleh para penguasa di Eropa. Diantara penguasa/raja Eropa yang terlibat/membantu dalam Perang Salib melawan Salahuddin al Ayyubi adalah :
1.      Raja Philip II (Perancis)
2.      Raja Richard I (Inggris), sebutan lainnya adalan Richard The Lion Heart (Richard yang berhati Singa)
3.      Raja William (Sissilia)
4.      Kaisar Frederick Barbarussa (Jerman)
Mereka bersekutu menyerang Salahuddin yang hanya dibantu oleh beberapa pembesarnya serta tentaranya untuk mempertahankan kehormatan Islam.
Dari keempat musuh Salahuddin al Ayyubi di atas, pertempuran yang paling dahsyat adalah ketika komando tertinggi tentara salib berada di tangan Raja Richard. Pertempuran terjadi di darat dan di laut, berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu mulai tanggal 27 agustus 1187 sampai 12 juli 1191 M. Pertempuran inilah yang disebut dalam sejarah sebagai Operasi Militer terbesar sepanjang abad pertengahan.
Dampak yag ditimbulkan akibat perang Salib, antara lain :
1.      Kehancuran kaum muslimin beserta kota-kotanya, kehancuran bagi kaum Kristen Timur dan gereja-gerajanya termasuk Konstatinopel serta kehancuran bagi kaum Yahudi di sepanjang jalur Perang Salib.
2.      Kebencian antara kaum Kristen Eropa dan kaum Yahudi, Islam dan Kristen di Timur. Sehingga terbentuk gambaran yang buruk tentang Islam di mata umat Kristen Eropa.
3.      Terjadinya arus budaya masuk dari Timur ke Barat (dari Islam ke Eropa)
Pasukan Salib membawa pulang ilmu kedokteran, astronomi, geometri, rumah sakit, seni sastra, peralatan musik, ilmu militer, serta hasil peradaban yang berkembang di dunia Islam pada waktu itu, kemudian dikembangkan oleh ilmuwan Barat hingga sekarang.
Setelah pertempuran berjalan bertahun-tahun, usaha menuju perdamaian akhirnya dilakukan. Perdamaian dimulai dari dinikahkannya adik Raja Richard I dengan adik Salahuddin al Ayyubi yang bernama al Malikul Adil. Keduanya dinikahkan dengan menerima Baitul Maqdis (Yerussalem) sebagai hadiah pernikahan. Pernikahan ini mengakhiri perselisihan antara Kristen dan Islam pada waktu itu. Pada 2 September 1192 M/588 H, ditandatanganilah  perjanjian di antara pihak Muslim dan Salib yang dikenali sebagai “Perjanjian Damai Ramallah” di mana Salahuddin al-Ayubi diwakili oleh dua orang puteranya yaitu al-Afdhal dan juga al-Zahir, selain dari saudara kandungnya sendiri yaitu Adil. Sebaliknya, Raja Richard pula diwakili oleh Henry de Champagne, Balian II de Ibelin, Unfroy de IV de Torun
Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Yerussalem tetap di bawah kekuasaan Islam dan umat Kristen yang akan berziarah ke Yerussalem tidak boleh diganggu
2.      Daerah pesisir Syiria mulai Tyre sampai Jaffa dikuasai oleh Pasukan Salib
3.      Harta rampasan perang umat Kristen harus dikembalikan kepada mereka.
Setelah perang melawan Tentara Salib selesai, kemudian Salahuddin al Ayyubi memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus.
 Pada hari Rabu, 27 Safar, 589H, pulanglah Salahuddin ke rahmatullah pada usia 57 tahun. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis mengenai hari-hari terakhir Salahuddin. Pada malam 27 Safar, 12 hari selepas ia jatuh sakit, ia telah menjadi sangat lemah. Syeikh Abu Ja'afar seorang yang wara' telah diminta menemani Salahuddin di Istana supaya jika ia nazak, bacaan Qur'an dan syahadah boleh diperdengarkan kepadanya.
Pada malam itu telah terlihat tanda-tanda berakhirnya hayat Salahuddin. Syeikh Abu Jaafar duduk disamping tempat tidurnya semenjak 3 hari dan membacakan Qur'an. Salahuddin sering pingsan dan sadar dalam waktu singkat. Apabila Syeikh Au Jaafar membacakan ayat, "Dialah Allah, tiada tuhan melainkan Dia, Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata" (Al-Hasyr: 22), Salahuddin membuka matanya sambil senyum, mukanya berseri dan dengan nada yang gembira ia berkata, "Memang benar". Setelah ia mengucapkan kata-kata itu rohnya pun kembali ke rahmatullah. Pada waktu itu adalah sebelum subuh, 27 Safar. Beliau dimakamkan di Syiria dekat Masjid Umayyah.
Seterusnya Bahauddin menceritakan Salahuddin tidak meninggalkan harta kecuali satu dinar dan 47 dirham ketika ia wafat. Tiada rumah-rumah, barang-barang, tanah, kebun dan harta-harta lain yang ditinggalkannya. Bahkan harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk biaya pemakamannya. Keluarganya terpaksa meminjam uang untuk menanggung biaya pemakamannya ini. Bahkan kain kafan pun diberikan oleh seorang menterinya.

C.     Contoh Sikap Keperwiraan Salahuddin Al Ayyubi
Salahuddin Al Ayyubi merupakan pemimpin yang memiliki kepribadian dan jiwa keperwiraan yang sempurna. Karena kepribadian dan jiwa keperwiraannya inilah, ia menjadi salah satu tokoh muslim yang disegani baik oleh kawan maupun lawan. Ia termasuk dalam jajaran pemimpin teladan di dunia hingga saat ini. Kepribadian dan keperwiraan Salahuddin dapat kita lihat melalui catatan-catatan dan fakta-fakta sejarah sebagai berikut :
1.      Salahuddin Al Ayyubi dikenal memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap pihak yang lemah
Ini terlihat ketika ia rela membebaskan para tawanannya dalam Perang Salib, tanpa meminta tebuasan sama sekali. Berbeda dengan Richard, raja Inggris pada waktu itu, untuk membebaskan tawanan maka harus dipenuhi dua syarat, yaitu membayar tebusan sebesar 200.000 keping emas, dan tawanan muslim harus memperbaiki salib suci. Ketika sampai akhir bulan (waktu yang ditentukan) uang tebusan tidak dibayar, maka Raja Richard memerintahakn 2.700 tawanan itu unutk dibunuh. Tindakan Richard ini jauh berbeda dengan perlakuan Salahuddin terhadap para tawanannya di Yerussalem.
Pada mulanya Salahuddin meminta tebusan bagi beberapa ribu tawanan miskin yang tidak bisa menebus dirinya sendiri. Namun atas permintaan saudaranya, Salahuddin membebaskan ribuan tawanan miskin. Kemudian atas permmintaan Uskup, tawanan yang lain juga dibebaskan. Mengingat bahwa saudaranya dan Uskup telah berbuat kebaikan, maka ia pun terdorong untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya Salahuddin membebaskan sisa tawanan termasuk wanita dan anak-anak, tanpa tebusan sama sekali.
Salahuddin Al Ayyubi dalam usaha membangun pemerintahannya lebih mengutamakan kepentingan negara dan agama yaitu dengan cara mengganti pejabat yang melakukan korupsi dan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, ia mampu mengendalikan pemeintahan selama kurang lebih 22 tahun dengan baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Dengan demikian terdapat ibrah/pelajaran yang dapat diambil dari mempelajari sejarah dan biografi Salahuddin Al Ayyubi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut :
a.       Kita harus memiliki sifat as saja’ah (pemberani), terlebih dalam menegakkan kebenaran
b.      Kita harus memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap siapa saja, terutama kepada orang-orang lemah
c.       Kita harus bersikap tegas terhadap segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran
d.      Kita harus mencintai ilmu baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama denagn cara belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun
e.       Kita harus memiliki sikap toleransi terhadap siapa saja, selama dalam batas-batas yang diperbolehkan agama
f.       Kita harus bersikap adil terhadap siapa saja
g.      Kita harus memiliki jiwa perwira dan ksatria
h.      Kita harus menanamkan pada diri kita bahwa semua yang kita lakukan dalam kehidupan ini semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT

2.      Salahuddin Al Ayyubi adalah seorang perwira yang pemberani, adail, tegas, serta memiliki jiwa kesatria
Terhadap orang yang lemah atau mengaku kalah, ia akan menghormati dan melindunginya. Namun sebaliknya, ia selalu tegas dalam menyikapi segala bentuk pembangkangan dan pengkhianatan. Sifat ini terlihat ketika Salahuddin memperlakukan para tawanannnya pada masa kota Yerussalem (Baitul Maqdis) jatuh ke tangan umat Islam. Raja Yerussalem, Guy de Lusignan, menjadi salah satu tawanan bersama pengusan Chattilom bernama Reginald yang terkenal dengan “si perusak perdamaian”. Salahuddin memperlakukan secara berbeda. Hal ini dikarenakan Reginald melanggar perjanjian.

3.      Salahuddin adalah perwira sejati yang mencurahkan segala upayanya semata-mata demi kejayaan agama Allah SWT dan negara
Ia bukanlah tipe penguasa yang gila harta. Hal ini dapat dilihat setelah penggulingan Dinasti Fathmiyyah, Salahuddin membagikan harta benda yang dikumpulkan pemerintahannya kepada para nelayan dan tentara. Sedangkan untuk dirinya sendiri, ia tidak menimpan harta apapun. Pada saat meninggal ia hanya memiliki 17 dirham dan satu keping emas.

4.      Salahuddin adalah pemimpin yang cinta terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan
Hal ini dapat dilihat dari perhatiannya terhadap pendidikan, yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah di negara yangia pimpin. Ia juga dikenal sebagai pelindung para sarjana, intelektual dan ilmuwan serta selalu menyokong setiap kajian yang dilakukan para ilmuwan dan ulama.

5.      Salahuddin dikenal memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain
Hal ini dapat kita lihat ketika ia telah berhasil menguasai kota Iskandariyah  dan Yerussalem, ia selalu mengunjungi orang-orang Kristen dan setelah tercipta perdamaian, ia memberi kesempatan dan mengizinkan orang-orang Kristen untuk berziarah ke Yerussalem (Baitul Maqdis).
Potret sejarah diatas merupakan cerminan nyata bahwa Salahuddin adalah sosok pemimpin yang memiliki jiwa perwira. Kebesaran namanya tidak membuatnya bersikap semena-mena, meski terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Tak diragukan lagi, kita harus berupaya meneladaninya dengan menerapkan keteladanannya dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Meneladani Kepribadian dan Keperwiraan Salahuddin Al Ayyubi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ada hal penting yang dapat diperoleh dari mempelajai sejarah dan riwayat hidup Salahuddin Al Ayyubi. Diantaranya adalah mengikui jejaknya sebagai seorang pemberani, bijaksana, toleransi, dan mencintai ilmu pengetahuan.
Seperti diketahui bahwa Salahuddin Al Ayyubi kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan. Hal itu dilakukan dalam menunaikan tugas negara dan membela agama. Keberhasilannya diawali dengan menjadi seorang tentara militer, perdana menteri, sampai menjadi penguasa Dinasti Ayyubiyah.
Salahuddin Al Ayyubi dalam usaha membangun pemerintahan lebih mengutamakan kepentingan negara dan agama dengan cara mengganti pejabat yang melakukan korupsi dan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendirikan madrasah-madrasah.
Melalui bekal pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, Salahuddin Al Ayyubi mampu mengendalikan pemerintahan selama kurang lebih 22 tahun (1171 M – 1193 M) dengan baik dan mendapat dukungan dari banyak kalangan.
Dengan demikian terdapat ibrah yang dapat diambil dari mempelajari biografi Salahuddin Al Ayyubi. Diantaranya adalah kita harus mengikuti jejak langkah yang pernah dilakukan yaitu seorag pemberani menegakkan kebenaran dan belajar berbagai ilmu, kita akan selamat didunia dan akhirat.
Selain itu jangan melupakan Yang Maha Kuasa karena semuanya berasal dari Allah SWT. Jangan mengenal putus asa dan jangan sombong. Jangan terjebak dengan materi keduniaan dan kemewahan hidup. Tokoh seperti Salahuddin Al Ayyubi yang perlu diteladani oleh kita semua.