1.
Motivasi
Belajar
a.
Pengertian
Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata
motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak/berbuat. Motif bukanlah sesuatu yang
dapat dilihat secara langsung, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya
karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut;
kekuatan inilah yang disebut dengan motif (Sumadi Suryabrata, 1998: 70).
Sehingga, motif disini berperan sebagai kekuatan dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu.
Sependapat dengan pernyataan Sumadi
Suryabrata di atas, Hamzah B. Uno (2008: 3) selanjutnya menambahkan bahwa
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Begitu pula dengan Muhibin Syah (2006: 136) yang menyatakan bahwa motivasi
ialah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
Dari ketiga teori mengenai motivasi di
atas, menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan, setiap orang yang
mempunyai motivasi akan selalu mempunyai dorongan untuk bisa merubah setiap
langkah yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan yang dia perlukan. Jadi, motivasi
dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.
Gleitman dan Reber dalam Muhibbin
Syah (2006:136) menyatakan motivasi sebagai pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah. Menurut Stephen P Robbins dan Timothy A. Judge
dalam Jeanne (2008:58) mengemukakan “motivasi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya”.
Kedua pendapat ini juga menegaskan bahwa motivasi selain memberikan dorongan
juga mengarahkan setiap perilaku seseorang. Motivasi merupakan proses
psikologis, sehingga dengan adanya motivasi sebagai proses psikologi akan bisa
menyebabkan timbulnya kegiatan yang terarah untuk tuujuan-tujuan tertentu yang
bisa dilakukan seseorang tanpa paksaan.
Dari beberapa uraian motivasi yang
telah dijelaskan di atas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan
yang ada dalam diri seseorang untuk mengarahkan dan mempertahankan perilaku
untuk mencapai satu tujuan tertentu. Apa saja yang diperbuat manusia, yang
penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun tidak mengandung risiko,
selalu ada motivasinya.
Belajar dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990:17) diartikan sebagai perubahan tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut W.S Winkel (2004:59) bahwa belajar
bisa dirumuskan sebagai “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
Dari beberapa definisi mengenai
belajar di atas, kesemuanya mengarah kepada suatu bentuk atau proses untuk
perubahan perilaku. Jadi, peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar selalu berkenaan
dengan perubahan-perubahan pada diri
orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang
kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam
belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang
lain atau lingkungannya.
Motivasi dan belajar adalah
dua hal yang saling mempengaruhi. Jika belajar adalah kegiatan yang mengubah
tingkah laku melalui latihan dan pengalaman, motivasi sebagai penumbuh,
pendorong, agar merasa senang dan
semangat dalam belajar. Motivasi belajar menurut Winkel (1982) dalam Rahman
Abror (1993: 115) dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi belajar adalah dorongan (baik
internal maupun eksternal) yang dimiliki seseorang untuk mengarahkan dan
mempertahankan perilaku untuk mencapai satu tujuan tertentu seperti memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat memicu terjadinya perubahan
perilaku. Motivasi belajar sebagai suatu koordinasi yang ada pada diri
seseorang yang merupakan daya penggerak pada diri seseorang untuk belajar (baik
itu memberi kelangsungan atau memberi arah supaya tujuan yang diinginkan
tercapai).
Dalam motivasi belajar, individu yang
mempunyai harapan pasti akan melakukan sesuatu untuk mencapai hal yang
diinginkan. Sesuai dengan konteks motivasi dalam belajar, dicontohkan seorang
siswa yang ingin mendapatkan nilai bagus agar mendapat pujian dari orangtua
pasti akan berusaha mendapat nilai bagus dan bertindak suatu hal yang akan
mendapatkan pujian dari orangtuanya. Keinginan mendapat pujian dari orangtua
itulah yang mendorong siswa memperoleh nilai baik.
b.
Macam-macam
Motivasi Belajar
Dalam Muhibin Syah (2006: 136-137)
menjelaskan motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1)
Motivasi
Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
2)
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi belajar memiliki dua
komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer
component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan
merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam
ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah
tujuan yang hendak dicapai (Oemar Hamalik, 2002: 174).
Dari
penjelasan para ahli di atas, maka motivasi belajar dibedakan menjadi dua,
yaitu motivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajar intrinsik
merupakan dorongan dari dalam diri sendiri berupa keingintahuan akan suatu hal
atau keinginan mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik merupakan dorongan dari luar individu yang
dapat berupa imbalan ataupun hukuman. Apapun jenisnya, entah motivasi intrinsik
ataupun ekstrinsik, keduanya tetap dibutuhkan dalam belajar karena ada kalanya
motivasi belajar seseorang naik turun, jadi kedua motivasi tersebut saling
melengkapi dan tergantung bagaimana lingkungan memberikan motivasi yang tepat
kepada seorang siswa.
c.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Gottried dalam Nana Sudjana
(2006: 60), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi tiga pokok
pikiran. Pikiran-pikiran itu adalah kesenangan kenikmatan untuk belajar, orientasi
terhadap penguasaan materi, hasrat ingin tahu. Oemar Hamalik (2002: 179)
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fisik,
dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Menurut
Hamzah B. Uno (2002: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik
adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih
giat dan semangat.
Motivasi ini sangat dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan kondisi
kemampuan siswa, artinya pada umumnya jika seorang siswa memiliki kemampuan
lebih dalam suatu bidang ilmu, tentu ia akan lebih termotivasi terhadap bidang
ilmu tersebut. Sedang faktor eksternal adalah arat kaitannya dengan kondisi
lingkungan belajar siswa (Taufik Hidayat, 2008:11).
Kurangnya motivasi belajar yaitu
keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka tampak
malas-malasan. Dan ini termasuk ke dalam indikator kesulitan belajar anak ( Sri
Indriawati, 2004:2). Syaiful Bahri Djamarah (2002:203) memperinci faktor yang
menjadi penyebab kesulitan belajar, salah satunya adalah latar belakang
pendidikan yang dimasuki tidak sesuai dengan harapannya. Misalnya anak didik
yang fanatik beragama tertentu, karena suatu keadaan mendapat sekolah yang
mengajarkan agama yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Atau sama juga seperti
siswa yang sebelumnya berasal dari sekolah umum kemudian masuk ke pondok
pesantren atau asrama yang kemudian membuat siswa tidak nyaman dan tidak termotivasi
dalam belajar.
Siwa yang berasal dari sekolah umum
kemudian masuk ke madrasah dengan konten pelajaran agama yang lebih banyak
tentu juga akan memperngaruhi kondisi siswa. Siswa yang berasal dari MI akan
percaya diri dalam setiap pembelajaran mata pelajaran agama karena merasa mudah
dan akan semakin termotivasi. Siswa yang berasal dari SD pun begitu karena
tidak mau kalah dengan siswa yang berasal dari MI mereka akan berusaha
meningkatkan motivasi belajarnya sehingga prestasi yang didapat tidak akan berbeda
dengan siswa yang berasal dari MI, idealnya seperti ini. Akan tetapi tidak
sedikit juga yang terjadi justru sebaliknya, siswa yag berasal dari MI terlalu
menganggap enteng pelajaran fiqih sehingga motivasi mereka untuk belajar tidak
terlalu tinggi dan menyebabkan prestasi belajar nya lebih rendah dibandingkan
yang lain.
Tamatan MI juga diperkirakan akan
mudah mengikuti pembelajaran Fiqih karena sudah punya dasar pengetahuan agama
yang diperolehnya, Fiqih bukan hal yang asing lagi, dan rata-rata sudah bisa
baca tulis Al-Qur’an dan ibadah sehari-hari. Berbeda dengan tamatan SD yang
terkadang ditemui siswa yang agak lambat dan mengalami kesulitan mengikuti
pembelajaran Fiqih karena pengetahuan agamanya kurang, khususnya yang sama
sekali belum bisa baca tulis Al-Qur’an bahkan ada yang belum bisa shalat,
sehingga kaget dengan materi agama di MTs.
Di dalam kegiatan belajar mengajar
peranan motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan.
Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif,
dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan melakukan kegitaan belajar.
d.
Ciri-ciri
Motivasi Belajar
Ciri-ciri individu yang
mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman (2012: 83) adalah tekun
mengahadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), menunjukkan
minat terhadap macam-macam, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada
tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
e.
Upaya
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Berikut
ini adalah cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik menurut De Decce
dan Grawford (1974) dalam Syaiful Bahri (2008: 169) yaitu guru harus
menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan
insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Thahroni Taher (2013:66), selain
cara-cara di atas, dalam surat Al Baqarah ayat 81 dan 82 juga tersirat bahwa
imbalan dan hukuman digunakan untuk memotivasi manusia dalam mengimani Akidah
tauhid. Seperti imbalan pahala yang akan didapatkan oleh orang-orang mukmin di
surga, serta mengancam mereka dengan siksaan atau azab yang akan diperoleh
orang-orang kafir di neraka. Bunyi ayat tersebut adalah sebai berikut :
“ (Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan ia
telah diliputi oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni
surga; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S
Al Baqarah : 81-82)
Tujuan
adanya imbalan pada motivasi intrinsik adalah untuk mengontrol perilaku anak
didik dan mengandung informasi tentang
penguasaan keahlian di mana ketika imbalan yang ditawarkan itu memberikan informasi tentang penguasaan
keahlian atau kemampuan, maka anak didik akan merasa kompeten dan bersemangat
dalam belajar. Berdasarkan perspektif behavioral, untuk mengidentifikasi
tentang kualitas pekerjaan anak didik dalam proses pembelajaran PAI, bisa
dengan imbalan untuk mengidntifikasi kualitas yang baik dan hukuman
mengdentifikasikan kualitas yang kurang baik. Misalnya dengan nilai yang baik,
pujian, memberi penghargaan, atau pengakuan yang lainnya (Thahroni Taher, 2013:
67).
Mohon maaf daftar pustaka tidak saya cantumkan, jika menghendaki full version silakan kirim email ke qoyyumuslima@gmail.com atau bisa juga cek Jurnal At-Tarbawi Vol.14 No.2 November 2015 terbitan IAIN Surakarta