Apakah Anda termasuk orang yang mempunyai kepedulian yang
besar dengan masalah kesehatan? Jika ya, maka tulisan ini sangat berguna bagi
Anda. Tahukah kita, tanpa kita sadari, lingkungan sekitar kita, termasuk
barang-barang kebutuhan sehari-hari yang kita gunakan, dapat memberikan dampak
negatif terhadap kesehatan tubuh kita. Tanpa sadar kita telah menghirup
bahan-bahan kimia berbahaya yang berasal dari benda-benda yang terdapat di
tempat tinggal kita. Berikut ini penulis uraikan beberapa bahan kimia berbahaya
yang sering terkontaminasi dengan tubuh kita tanpa kita sadari. Meskipun kadar
bahan-bahan kimia yang masuk ke udara tersebut belum melebihi ambang batas yang
diperbolehkan, namun jika terjadi paparan dalam waktu yang lama dan terus
menerus dapat berpengaruh bagi kesehatan kita.
1. Asbes
Asbes merupakan serat
mineral silika yang bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak mudah terbakar.
Asbes banyak digunakan sebagai penghantar listrik dan penghantar panas yang
baik. Asbes banyak digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa saluran
pembuangan limbah rumah tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes banyak
digunakan dalam bahan-bahan bangunan. Jika ikatan asbes dalam senyawanya lepas,
maka serat asbes akan masuk ke udara dan bertahan dalam waktu yang lama.
2. Bioaerosol
Kontaminan biologi
seperti virus, bakteri, jamur, lumut , serangga atau serbuk sari tumbuhan.
Kontaminan biologi tersebut jika dihembus oleh angin akan masuk ke udara dan
mencemari udara bersih.
3.
Formaldehid
Formaldehid merupakan
aldehid sederhana. Gas formaldehid tidak berwarna dan diemisikan dari bahan-bahan
bangunan, industri rumah tangga atau proses pembakaran. Formaldehid juga
terdapat pada produk kayu yang dipres, papan, papan dinding, tekstil (seperti
pada karpet dan pakaian). Formaldehid dapat masuk ke udara akibat terjadi
pengikisan dan penguapan akibat panas yang tinggi.
4.
Bahan-bahan pertikulat
Dalam kehidupan
sehari-hari pertikulat dikenal dengan istilah debu yang berterbangan di udara.
Partikulat juga bisa ditemui dalam bentuk logam-logam berta yang jika terhirup
oleh manusia akan mengakibatkan penyakit.
5.
Senyawa organik volatil (Volatil Organic Compound)
Senyawa organik
volatil (VOC) mudah menguap pada suhu kamar. VOC sering ditemui dalam bentuk
aerosol yang terdapat pada pembersih, cat, vernis, produk-produk kayu yang
di-pres, pestisida, dan semir.
6.
Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida atau
CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa.
Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah 129oC. Gas CO sebagian besar
berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota
besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar
CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu
dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO
juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil
kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara umum terbentuk gas
CO adalah melalui proses berikut ini :
Pertama, pembakaran
bahan bakar fosil.
Kedua, pada suhu
tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon C yang
menghasilkan gas CO.
Ketiga, pada suhu
tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO
diudara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah perkotaan yang banyak
kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar
oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota atau desa, cemaran CO diudara
relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan diatasnya,
dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan mikroorganisme yang ada
didalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat diudara. Angin dapat
mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena perpindahan ke tempat
lain.
Karbon monoksida (CO)
apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan
menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat
terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara
metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah
(hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 ->
O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO ->
COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO
sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman jika waktu kontak hanya sebentar. Gas
CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa
pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata
tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya. Konsentrasi gas CO
disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang
merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi
lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama
dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan
kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah
barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang
merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya
sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan
jantung.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka kana mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.
Dari penelitian
diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan
selama 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971), dengan
demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan,
sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan Aspergillus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar